Irawan dan Antasena setelah menyaksikan kematian Bambang Jenggala terus mengembara. Dalam pengembaraannya mereka datang di Astina, masuk ke istana dengan sangat berani.
Irawan melarikan kuda kendaraan raja dan Antasena membawa gajah milik Duryudana dan bendera Astina. Dengan hasil rampokannya itu mereka kembali ke Pertapaan Yasarata, tempat kediaman Bambang Irawan.
Para Kurawa berusaha menangkapnya tetapi sia-sia karena para pencuri itu terlalu pandai. Untuk menutupi kegagalannya, Begawan Drona melaporkan kepada Suyudana bahwa pencurinya dapat dikenali yakni Gatotkaca dan Angkawijaya. Sebagai hukuman lebih baik diserahkan pada Prabu Yudistira.
Sementara Prabu Yudistira setelah menerima pengaduan dari Adipati Karna ia mengutus Nakula untuk pergi ke Madukara. Sedangkan Arjuna pada waktu menerima laporan Nakula sangat terkejut sebab pada waktu peristiwa itu terjadi, Angkawijaya dan Gatotkaca tidak pergi dan berada di kasatrian.
Arjuna kemudian memerintahkan kedua ksatria itu mencari pencurinya. Di perjalanan mereka bertemu dengan Irawan dan Antasena dari Pertapaan Yasarata, mereka berusaha menangkapnya tetapi keduanya dapat meloloskan diri.
Selanjutnya Irawan masuk ke Istana Gajah Oya, di keputren ia mengadakan hubungan gelap dengan putri raja yang bernama Tisnawati putrinya Prabu Jayadimurti yang sedang dilamar Suyudana. Pada waktu Jayadimurti masuk ke keputren, dengan gesit Irawan meloloskan diri, dan Sang Raja memberitahukan kepada Suyudana.
Setelah meninggalkan Gajah Oya, Irawan belum puas, ia masuk ke kedaton Astina dan berhubungan asmara dengan Lesmanawati putri Suyudana. Pada waktu akan ditangkap, lagi-lagi ia dapat meloloskan diri. Maka Suyudana memutuskan akan menyerang Amarta sebab yakin bahwa pencurinya adalah Angkawijaya.
Sementara Angkawijaya yang disertai Semar, Gareng, dan Petruk tertidur kecapaian karena mengejar pencuri.
Tiba-tiba Irawan datang dan mencuri keris Angkawijaya, tetapi kali ini ia sial karena setelah membawa keris ia jatuh pingsan dan dibawa lari Antasena kembali ke Pertapaan Yasarata. Angkawijaya yang kehilangan keris meminta Semar untuk mencarinya, maka abdinya itu segera datang di Yasarata dan menjelaskan kepada Resi Kanwa yang selanjutnya keris diambil kembali oleh Semar.
Pada waktu keris dibawa, Irawan sembuh kembali dan mengejar Semar. Akibatnya peperangan terjadi antara Irwan yang membawa panah Saratama melawan Angkawijaya membawa panah Pasopati. Kedua panah saling bertemu di udara, tiba-tiba Kresna datang memberitahukan bahwa keduanya masih saudara satu ayah lain ibu, putra Arjuna dan diminta menghentikan peperangan.
Kurawa datang menyerang Amarta tetapi dapat diusir Arjuna.
Irawan melarikan kuda kendaraan raja dan Antasena membawa gajah milik Duryudana dan bendera Astina. Dengan hasil rampokannya itu mereka kembali ke Pertapaan Yasarata, tempat kediaman Bambang Irawan.
Para Kurawa berusaha menangkapnya tetapi sia-sia karena para pencuri itu terlalu pandai. Untuk menutupi kegagalannya, Begawan Drona melaporkan kepada Suyudana bahwa pencurinya dapat dikenali yakni Gatotkaca dan Angkawijaya. Sebagai hukuman lebih baik diserahkan pada Prabu Yudistira.
Sementara Prabu Yudistira setelah menerima pengaduan dari Adipati Karna ia mengutus Nakula untuk pergi ke Madukara. Sedangkan Arjuna pada waktu menerima laporan Nakula sangat terkejut sebab pada waktu peristiwa itu terjadi, Angkawijaya dan Gatotkaca tidak pergi dan berada di kasatrian.
Arjuna kemudian memerintahkan kedua ksatria itu mencari pencurinya. Di perjalanan mereka bertemu dengan Irawan dan Antasena dari Pertapaan Yasarata, mereka berusaha menangkapnya tetapi keduanya dapat meloloskan diri.
Selanjutnya Irawan masuk ke Istana Gajah Oya, di keputren ia mengadakan hubungan gelap dengan putri raja yang bernama Tisnawati putrinya Prabu Jayadimurti yang sedang dilamar Suyudana. Pada waktu Jayadimurti masuk ke keputren, dengan gesit Irawan meloloskan diri, dan Sang Raja memberitahukan kepada Suyudana.
Setelah meninggalkan Gajah Oya, Irawan belum puas, ia masuk ke kedaton Astina dan berhubungan asmara dengan Lesmanawati putri Suyudana. Pada waktu akan ditangkap, lagi-lagi ia dapat meloloskan diri. Maka Suyudana memutuskan akan menyerang Amarta sebab yakin bahwa pencurinya adalah Angkawijaya.
Sementara Angkawijaya yang disertai Semar, Gareng, dan Petruk tertidur kecapaian karena mengejar pencuri.
Tiba-tiba Irawan datang dan mencuri keris Angkawijaya, tetapi kali ini ia sial karena setelah membawa keris ia jatuh pingsan dan dibawa lari Antasena kembali ke Pertapaan Yasarata. Angkawijaya yang kehilangan keris meminta Semar untuk mencarinya, maka abdinya itu segera datang di Yasarata dan menjelaskan kepada Resi Kanwa yang selanjutnya keris diambil kembali oleh Semar.
Pada waktu keris dibawa, Irawan sembuh kembali dan mengejar Semar. Akibatnya peperangan terjadi antara Irwan yang membawa panah Saratama melawan Angkawijaya membawa panah Pasopati. Kedua panah saling bertemu di udara, tiba-tiba Kresna datang memberitahukan bahwa keduanya masih saudara satu ayah lain ibu, putra Arjuna dan diminta menghentikan peperangan.
Kurawa datang menyerang Amarta tetapi dapat diusir Arjuna.